Parkir Liar, Teror Jalanan yang Mengintai Setiap Hari

Oleh : Hendri Apriyandi

waktu baca 2 menit

Di tengah hiruk pikuk kota yang kian padat, ada satu penyakit jalanan yang terus memburuk namun sering dianggap sepele yaitu parkir liar. Meskipun terlihat sebagai pelanggaran kecil, praktik ini telah menjelma menjadi teror harian yang meresahkan masyarakat dan mengancam keselamatan.

Sebuah kesalahan menjadi kebiasaan, bagaikan aturan tanpa kesadaran. Tak ada keperdulian menjadi alasan, seolah terjadi karna keterpaksaan.

Bayangkan sebuah ambulan yang terjebak di tengah jalan sempit karena mobil-mobil diparkir sembarangan. Nyawa bisa melayang hanya karena satu pengemudi egois yang memilih kenyamanan pribadinya di atas kepentingan publik.

Parkir liar bukan lagi soal ruang—ini soal nyawa, keamanan, dan ketertiban.

Di banyak sudut kota, terutama di kawasan pasar, perkantoran, hingga depan rumah ibadah, trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki justru dikuasai kendaraan pribadi. Pengendara terpaksa berjalan di jalan raya, bersaing dengan lalu lintas padat, menantang maut setiap saat.

Yang lebih mencengangkan, banyaknya titik parkir liar ini justru dikoordinir oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memungut uang parkir secara ilegal, tanpa jaminan keamanan maupun aturan. Aparat penegak hukum seakan hadir hanya sesekali, dan ketika pergi, praktik ini kembali subur.

Jika dibiarkan, parkir liar bukan hanya mengganggu kelancaran lalu lintas—ia akan menjadi simbol kekalahan hukum di ruang publik.

Sudah saatnya pemerintah dan aparat penegak hukum bergerak serius. Tak cukup hanya menempel stiker atau menggembok kendaraan, perlu penegakan hukum yang tegas, sistematis, dan berkelanjutan. Tanpa itu, jalan-jalan kita akan terus dijajah oleh kendaraan yang tak tahu aturan, dan masyarakatlah yang menjadi korbannya.

Parkir liar yang kita biarkan, adalah wajah ketidakdisiplinan.Penyebab banyaknya kecelakaan, entah sampai kapan dibiarkan. Hadirnya sebuah aturan, memang tak mampu melawan jabatan. Namun adakah kesempatan, untuk menghadirkan kesadaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *